Jumat, 09 Agustus 2013

Jauhnya Rindu Bertepi.

Rindu yang jauh..
Jauhnya hampir tak bisa ku tempuh
Rindu yang selalu berlabuh
Menjadikanya tempat ku berteduh

Walau kaki ku bersumpah akan terus berjalan
Ataupun aku harus berjalan dengan tangan
Rindu itu akan tetap menjadi angan
Seperti air jernih yang terpantul bayangan


Nadia  Gissma

Kamis, 01 Agustus 2013

Tentang Ide.



­Kali ini aku tidak akan mengomentari keadaan kota tetapi aku akan menuangkan beberapa ide yang mungkin bisa membuat Jakarta terlihat lebih bisa dinikmati setiap waktunya. Tentu saja setiap orang mendambakan kota tempat mereka huni ini bisa menjadi salah satu tempat dimana mereka bisa menukarkan segala kesedihan mereka menjadi suatu kesenangan sendiri, menjadi tempat seribu inspirasi dan tempat dimana mereka bisa menuangkan aspirasinya. Apalagi sebagai pelajar, ya maklum aku juga seorang pelajar yang tinggal di Ibu Kota Jakarta si kota padat beribu polutan.

Apa saja sih ide yang juga termasuk dalam keinginan ku untuk kota kelahiran ku ini?

Pertama sebagai seorang pelajar, aku menyadari penatnya belajar seharian di sekolah dan dirumah. Aku harus belajar setiap harinya dibatasi dengan dinding-dinding yang sama sekali hanya mengundang bosan. Kalau di sekolah aku masih bisa menghapus jenuh itu dengan teman-teman, tapi di rumah? Sudah banyak cara yang aku lakukan, dari mengubah posisi barang yang ada di dalam kamarku sampai menghias hampir sebagian kamar tetapi tetap saja rasa jenuh itu terkadang datang. Mungkin sebagai pelajar yang biasa menghabiskan separuh waktunya di sekolah, aku butuh juga satu suasana baru dimana aku tidak belajar beruang lingkup itu itu saja.
Taman belajar, yang dimana bisa dimanfaatkan beberapa pelajar di kota ini. Selain bisa menjadi salah satu suasana baru untuk belajar, di taman ini mungkin aku juga bisa merelaksasikan diri. Di sediakan lah disana bangunan kecil yang nyaman sebagai perpustakaan dan tidak jauh beberapa blok dari situ ada bangunan sederhana disana tempat untuk ruang informatika, bagi pelajar yang menyukai bidang-bidang ini mereka bisa secara langsung menyalurkan hobby nya ini secara nyaman dan dapat dengan langsung bertatap muka dengan alam karena mereka sedang berada di sebuah taman.
Tidak hanya bidang itu saja, untuk para pecinta Sains, mungkin kalian juga bisa dapat menyalurkan ide-ide kalian dengan melakukan beberapa penelitian dengan langsung bertatap muka dengan alam atau membuat salah satu penemuan sains dengan dibimbing oleh kakak-kakak mahasiswa atau memang ahlinya yang mau menghabiskan waktunya di taman itu. Lalu musik, mungkin mereka bisa memainkan nada-nadanya dengan sangat mengkhayati keagungan Tuhan atas semua yang telah diberikan dengan menikmati taman yang sangat nyaman ini. 
Daripada para pelajar bermain melakukan hal yang tidak penting, lebih baik mereka ke taman ini bukan?

Kedua, sebagai seorang pelajar yang akan meneruskan perjuangan-perjuangan para pemimpin yang sudah ada dan membangun lebih tinggi lagi karir mereka. Seharusnya sebagai seorang pelajar, sejak dini dia sudah dikenalkan dengan dunia yang mereka minati. Seandainya saja di Jakarta ini sering diadakan seminar rutin dengan para tokoh-tokoh dari setiap bidangnya dimana mereka disana akan diberikan inspirasi yang tinggi sehingga para pelajar tidak bermalas-malasan karena mereka sudah punya semangat.
Semangat untuk maju, semangat untuk tidak pernah ragu dengan masa depanya karna dari sejak awal ia sudah merasa dekat dengan dunia itu. Di dalam seminar itu, diharapkan para pelajar juga diberikan lembar kerja dimana mereka akan berdiskusi dengan para pelajar lain. Mereka bisa bertukar pikiran satu sama lain sehingga dalam pertemuan ini para pelajar tidak hanya mendapat inspirasi tapi juga wawasan yang luas pada bidang yang mereka minati.
Ambil contoh, ada satu anak yang memiliki keinginan untuk menjadi seorang Diplomat. Seminar itu mengundang tokoh senior Diplomat dan ia menceritakan bagaimana pengalaman mereka dan apa saja yang mereka lakukan setelah mereka menjabat menjadi seorang Diplomat. Setelah itu para pelajar diberi sebuah pertanyaan yang dimana pada kala itu, para pelajar harus menganggap dirinya sebagai seorang Diplomat. Mereka diminta untuk menuliskan apa yang mereka harus lakukan jika ada sebuah masalah diplomasi yang kalau tidak cepat ditemukan solusinya akan berakibat fatal terhadap hubungan Negara itu dengan Negara lainya. Dalam kegiatan itu sudah dapat terlihat sebagai seorang pelajar, dari mulai usia sejak dini mereka sudah dikenalkan untuk mencari solusi terhadap apa pekerjaanya mereka kelak. Sehingga jika ia sudah besar dan Ia benar-benar menjadi seorang diplomat, ia sudah punya cerminan seperti apa Diplomat yang baik itu bekerja.

Memang sih ide yang aku tuliskan disini tidak terlalu penting, tapi ide ini aku tulis berdasarkan keluhan ku dan juga beberapa keluhan teman-teman ku disekolah yang jenuh jika harus kembali ke sekolah sesudah weekend. Mereka hanya menghabiskan weekend mereka untuk melakukan hal-hal sepele yang sama sekali tidak membangun semangat mereka untuk kembali ke sekolah. Semoga para pembaca bisa menilai positif tulisan ku ini ya. Hehe. Semoga saja aku bisa membuat fasilitas ini suatu saat nanti.



Nadia  Gissma

Jumat, 12 Juli 2013

DELAPAN TAHUN KIAN SINGKAT.

Assalamualaikum, kali ini mungkin Gissma akan menceritakan tentang Alm. Dimas adik Gissma yang baru saja berpulang 10 hari yang lalu. Cerita ini tidak bermaksud untuk mengumbar-umbar kesedihan untuk dilihat tapi hanya untuk sekedar mencurahkan rasa kangen. Dimulai saja ya? baiklah.

          Sewaktu itu aku masih duduk dibangku sd kelas dua. Aku pulang sekolah dengan kaki ku yang sedahulu masih mungil membawa ku melangkah menuju rumah. Sesampainya ku dirumah aku melihat mamaku yang bersandar di tempat tidur, wajahnya pucat dan tubuhnya lemas. Saat itu mamaku bilang kalo ia pusing dan sepertinya masuk angin. Selang beberapa hari dari hari itu, aku baru saja pulang sekolah dan mama mengajak ku mengobrol, ya aku ikuti saja kemana langkahnya membawaku. Wajahnya saat itu tampak akan ada berita baik dan memang benar, mama ku memberi tahuku bahwa ia hamil. Sedari dulu aku memang sudah meminta mama ku seorang adik laki-laki karna aku sangat ingin mengajarinya banyak hal dengan janji-janji aku akan merawatnya hingga dia besar nanti, menyekolahkanya lah, membelikan ia mainan, mengantar ia kesekolah dan masih banyak hal yang aku pikirkan saat itu.
          Dengan gembira aku menunggu & menanti kelahiran adiku ketika aku telah mengetahui dari hasil USG calon adik ku nanti adalah seorang laki-laki. Bolak-balik aku menuju kamar mamaku dengan cerewet dan sok tau selalu saja bilang "ma! adek lahirnya besok ya? atau lusa?" atau sambil meraba perut mamaku merasakan tendangan adiku yang aku anggap dahulu ia ingin keluar dan sedang mencoba menghacurkan perut mamaku agar bisa keluar, hehe.
          Tepat 9 bulan dua minggu (kalau tidak salah) mamaku sedari pagi mengaku perutnya mulas, aku bukanya bantuin mamaku & menenangkan dia malah ketawa-ketiwi bahagia riang semuanya deh karna aku kira saat itu adik ku akan lahir. Akhirnya mamaku dibawa kerumah sakit, dan ternyata sesampainya dirumah sakit mamaku belum bisa langsung melahirkan karna masih pembukaan 2. Entah mengapa sangat lama sekali menunggunya, mondar-mandir melihat ada banyak sekali orang tua yang menggendong bayinya entah laki-laki atau perempuan tapi aku sudah membayangkan akan menggendong bayi seperti mereka.
Semalaman mamaku belum juga melahirkan dan saat pagi lagi ternyata mamaku sudah mulai merasakan bayi yang ada didalam perutnya akan keluar lalu tim dokter membawa mamaku ke ruang bersalin. Aku yang terus berdoa hingga dokter keluar dan bilang kepada papaku "tolong ibunya dibelikan pocari ya, bayinya sebentar lagi akan keluar" akhirnya aku,deya (adiku nomor dua) dan papaku bergegas menuju kantin yang ada dirumah sakit itu dan membelikan mamaku pocari. Eh ada aja keluhku minta bubur akhirnya kita makan bubur duludeh hehe, sampai lupa dengan mamaku akhirnya aku tidak menghabiskan buburku dan bergegas lagi ke kamar bersalin mamaku.
          Dari sela pintu aku intip, aku sangat ingin melihat keadaan mamaku dan ternyata ada suster yang membukakan pintu itu untuk ku "Adik mau lihat mamanya ya? Bayinya udah lahir, adeknya laki-laki" saat itu juga aku menerobos pintu ruangan dan tak sabar melihat adik ku. Adik ku sangat lucu, kecil mungil bersih dan menangis tapi tidak terlalu keras. Rasanya itu aku hanya ingin mencubit pipinya tetapi begitulah orang dewasa ini itu tidak boleh. Papaku men-adzani adek ku, adik ku tampak hikmat tenang diam & tidak menangis.
         Di kamar ibu ku dirawat lagi-lagi aku bawel, "nama adik kita siapa ya ma?" selalu bertanya-tanya begitu. Aku saja sampai gak mau pulang dan tidur di rumah sakit lalu berkali-kali ke kamar bayi, mengetuk-ketuk bertanya kepada susternya "suster adik saya kapan dibawa ke kamar?" dan gak tau kenapa rumah sakit ini begitu higienis setiap aku tanya begitu tidak pagi,siang ataupun sore dan malam susternya selalu menjawab "sebentar ya adiknya lagi mandi" dan aku seperti ".... oke" dan kembali ke kamar dengan wajah kusut. Tapi sekalinya adikku ada di kamar, aku selalu menyodorkan jariku untuk digenggamnya dan yaa.. namanya dulu juga anak kecil aku selalu bilang "nama aku Gissma, kamu panggil aku pake kakak ya, nanti kita main bola dan latihan militer kaya panjat pager" hahaha.
          Sesampainya dirumah, adik ku ditidurkan dikasurnya yang baru yang akan menjadi kasurnya hingga ia dewasa dan ternyata didekat kasur itu sudah ditempelkan sebuah nama "Rahmatullah Dimas Pringgondani" yap! itu nama adik ku yang dipanggil Dimas. Semenjak hari kelahiran itu aku selalu saja inginya pulang kerumah, tidur disamping adik ku yang suka aku juluki "Jagoan mbak Gissma". Aku ajari ia bagaimana bisa merasakan ini itu, membuatkanya susu, mengajaknya berjalan, mengajaknya berbicara dan lainya. Aku ikut mengantarkanya kerumah sakit, hingga terapi saat lehernya sakit.
          Hingga aku semakin besar dan begitu juga adik ku. Ia meminta ku mengajarinya main ps hingga ia bisa menjadi lebih jago daripadaku. Ia meminta ku mengajarinya menggabar, ia selalu meminta ku menemaninya membli crayon dan saat itu juga setiba dirumah ia gunakan crayonya hingga hilang satu persatu haha. Saat ia mulai mengenal permainan "Animal Kaiser"  aku selalu saja menemaninya main sampai-sampai aku sendiri juga bosan tapi dia tiada hentinya meminta uang papaku untuk membeli serial kartunya. Aku pernah berdua saja dengan dia ke suatu mall dan entah apa yang kita lakukan, layaknya orang pacaran saja. Makan berdua, ke toko buku, jalan-jalan mondar-mandir entah apayang ingin dibeli. Hingga dia masuk sekolah, ia belajar menulis,membaca,menghitung juga biasanya aku lakukan. Ia selalu bilang begini "Aku mau belajar sama kaka gissma, gamau sama mama, mama galak" sebenarnya sih aku mengajari dia dengan tidak membuat dia jenuh. Seperti dengan membuat belajar itu seperti games, dari dulu aku meminta adik lelaki kan memang sudah janji ku untuk menjaganya & mengajarinya. Pokoknya hari-hari ku itu selalu ada hubunganya dengan Dimas! sampe curhat aja bisa lg hehehe. Langsung ke cerita saat-saat dia berpulang yah..
          Sebulan sebelum dia berpulang, Dimas seperti biasa minta ditemenin tidur sama aku. Kita tidur-tidur sambil ngobrolin tokoh-tokoh ultraman & powerangers kesukaanya Dimas. Tiba-tiba Dimas ngomong gini "Kakak gissma, Dimas mau pulang" aku bingung aku jawablah "Pulang kemana Dimas? Ini kan rumah Dimas." terus dia membalas kata-kataku sambil menunjuk kearah pojok rumah, "Enggak kakak gissma kerumah Dimas rumahnya kaya, tuh liat! Dimas mau pulang" Saat itu aku tidak menangkap apa maksudnya bicara seperti itu, aku kira ia melihat makhluk lain makanya aku berlari menuju kedua orang tua ku "Ma! Dimas bisa liat ya.." tiba-tiba Dimas datang dan bilang lagi "Ma Dimas mau pulang" Waktu terus berlalu dan sesekali Dimas masih keluhkan hal itu "ingin pulang..."
          Tiba saatnya pembagian raport, ia naik kelas dua. Biasanya sehabis pembagian raport dia selalu meminta untuk dibelikan sebuah hadiah atau pun diajak pergi ke mall untuk bermain games. Kali ini berbeda, ia tidak menuntut apa-apa. Ya, kami kira ia hanya ingin berdiam saja dirumah.
Hari selasa aku akan berangkat untuk study tour, dari hari sabtu ia sudah melarang ku untuk pergi dan kebetulan ia sedang sakit tetapi saat hari senin itu dia sudah sembuh, sudah jalan-jalan dan entah kenapa dia maunya nempel terus sama aku. Malamnya aku packing, dia sudah kesal banget ngelarang aku untuk pergi. Dan saat selasa pagi, ia bangun. Ia melihatku dengan wajah yang tidak akan bertemu lagi, ia bilang "kakak gissma jangan pergi" lalu mamaku memberi ia pengertian "Kakak gissma udh bayar dan ini dari sekolah dimas". Lalu aku mengelus kepalanya, tetapi ia sudah membelakangiku ia pun tidak ingin memberi salam atau apapun, dan saat itu adalah saat terakhir aku mengelus kepalanya dan bisa melihatnya.
          Rabu siang, dimas masih menelfon ku dan berkata "Kakak Gissma, pulangnya hari ini aja ya. Dimas udah mau sembuh, Dimas minta beliin baju sama celana ya. Uangnya juga jangan dihabisin, Dimas mau ulang tahun" Itu adalah suara terakhir, benar-benar terakhir yang bisa kudengar untuk benar-benar yang terakhir kalinya. Aku sudah membelikanya baju dan celana, tapi terakhir kabar yang kudapat dari adik ku yang ke dua deya, dimas dibawa kerumah sakit pada jam 6. Sesampainya dihotel, aku terus menelfoni mamaku tapi ia tidak menjawab lalu aku ke ruang guru karna dipanggil dan aku diberitakan bahwa aku harus pulang saat itu juga. Aku bingung, aku telfon mama ku dan benar, Adik ku telah tiada. Keesokanya aku jam 4 menuju bandara dan tidak dapat tiket pesawat pagi. Aku dapat pesawat siang dan setibanya dijakarta, saat itu juga keluarga serta kerabat tiba sehabis dari pemakaman adik ku. Papa ku jatuh pingsan dan ibuku terdiam kaku. Aku hanya bisa memeluk dan meratapi kesalahanku yang tidak mau mendengar katanya saat ia bilang "jangan pergi".
Dimas sangatlah baik, dia sayang kepadaku, dia tidak ingin melihat aku menangis saat melihat jasadnya yang sudah tidak bisa lagi aku ajak bermain. Semoga ia tenang dan selalu menjaga keluarga ku ya, cita-citanya sebagai polisi sudah tercapai, mengamankan dan menjaga dunia ini dari alam yang lebih indah. Kini aku mengerti apa maksudnya untuk pulang dan memiliki rumah kaya, yaitu pulang ke syurga.



Selamat Jalan Adik ku Dimas!!! 

Minggu, 09 Juni 2013

Petikan Jemari Kecil


Anak ini tidak jauh berbeda dengan Almirya yang ku temui di Rabu senja.
Iya berlalu-lalang di bisingnya Ibukota. Hanya demi sebungkus nasi yang ia akan makan bersama adik-adiknya.
Ia rela mengorbankan waktu sekolahnya demi mencari uang recehan.
Menurutnya mendapatkan uang recehan itu lebih penting daripada mendapatkan ilmu.
Kala itu angkutan yang ku tumpangi terjebak macet.. Ia terus saja berbolak-balik menuju ke satu mobil dan kemobil yang lain yang telah ia datangi. Dengan penuh harapan ia tanpa merasa tekanan dalam hidupnya memutari barisan mobil yang terjebak macet.
Petikan gitarnya masih tidak teratur dan dari cara berbicaranya pun anak ini sudah terlihat sangat sekali kurang di didik. Ia perlu seseorang untuk menggerakanya. Bukan menggerakanya ke jalan, tetapi ke bangku sekolah. Bukan hanya untuk sekedar belajar, tapi juga untuk mengubah pola pikirnya dengan mana yang lebih penting untuk sekolah dan mencari ilmu atau mengamen untuk uang receh...

Nadia Gissma

Selasa, 04 Juni 2013

Perihal Jakarta

          Baru saja saya kembali ke rumah setelah lamanya berkelut dengan asap polusi di tengah-tengah ibukota dan juga terjebak diantara kepadatan lalu lintas di kota kelahiran saya ini Jakarta. Tidak bosan-bosan saya mengkeluhkan tentang “KEPADATAN” yang terjadi di Ibukota. Entah itu kepadatan penduduk, kepadatan lalu lintas, kepadatan penataan rumah dan bangunan, kepadatan sampah dan kepadatan-kepadatan lainya. Jakarta masih belum bisa menjauhkan masalah itu sebagai masalah pokok disetiap harinya. Mungkin Jakarta telah merasa bangga dengan sloganya “kalo tidak macet, bukan Jakarta namanya” apakah begitu? tidak dihabis pikir setiap hari saya berlalu lalang mengitari Ibukota untuk melakukan aktivitas dan tanpa mengenal hari kepadatan itu tidak pernah libur.

          Kepadatan ini pada dasarnya didasari atas dasar keegoisan dan ketidak pedulianya terhadap Jakarta. Mengapa saya bisa mengatakan seperti itu? Berikut pendapat saya serta alasan saya dapat mengungkapi permasalahan ini.
Keegoisan manusia yang ingin selalu memenuhi hasrat ketidak puasanya selalu merajai pola berfikir masyarakat Jakarta. Masyarakat hanya memikirkan bagaimana dirinya sendiri tanpa memperdulikan dampak dari perilakunya terhadap masyarakat lain dan lingkungan. Bagaimana penataan kota bisa teratur jika saja ada satu pihak terkait yang ikut tinggal dalam suatu wilayah tersebut tidak ikut ambil tangan? Masyarakat selalu menyepelekan hal kecil yang mereka pikir itu tidak akan merubah apa-apa. Ambil contoh masalah sampah dan plastik.

          Sampah? Masyarakat sering sekali dengan sengaja tidak peduli dengan sampah. Padahal dengan sangat jelas, dengan satu tindakan kecil yang kita lakukan dampaknya sangat besar bagi lingkungan tempat ia tinggali. Sudah tersebar luas slogan-slogan dimana membicarakan tentang sampah, di koran, majalah, spanduk dijalan, didinding-dinding kota, diatas halte, iklan tv, dan juga internet. Apa usaha tersebut juga belum membuka mata hati masyarakat untuk mulai bergerak? Hanya mulai dari hal terkecil saja dampaknya sudah besar bagaimana ia bisa berbuat yang lebih dan juga mengajak orang lain untuk menanggulangi sampah dengan baik? Masyarakat banyak menggrutu “gimana mau mulai orang lain aja masih masabodoh”. Menunggu aksi orang lain dulu baru kita memulai dengan kata lain jika tidak ada yang memulai, kita juga ikut tidak memulai apa-apa? SALAH BESAR! Justru jika orang lain memulai, kita patut menjadi penggerak!.

          Dulu saya akui memang saya termasuk kedalam masyarakat kelompok “tidak peduli” tapi semenjak saya melihat banjir fenomenal tahunan di Jakarta saya mulai berfikir. Apa yang sudah saya dan teman-teman saya lakukan selama ini sehingga Jakarta seakan meluapkan emosinya dengan tingkah kami yang tidak peduli dengan nyawa kota ini? Tidakah kalian merasa banjir tersebut merupakan suatu teguran untuk bisa membenahi diri ini lalu dapat memperbaiki kota untuk kedepanya?. Saya pun mulai dengan hal kecil, mengantongi sampah jikalau saya belum menjumpai tempat sampah sehingga membuat hal tersebut sebagai salah satu kebiasaan. Lalu saya melanjutkan dengan mengurangi penggunaaan plastik dengan re-use dan recycle. Banyak saya jumpai dikantin dan ditempat makan dilingkungan saya biasa beraktivitas. Mereka membeli sesuatu dengan jumlah kecil dengan tanpa bersalah minta plastik untuk membawanya.. Tidakah mereka menyadari itu suatu perbuatan dimana akan memperbanyak volume sampah plastik di Jakarta? seperti yang kalian tau, plastik susah mengurai dan menyatu dengan tanah. Itu sebabnya mengapa plastik sangat tidak efisien sebenarnya untuk dijadikan suatu alat membawa barang pelanjaan. Seharusnya masyarakat peduli dengan lingkungan dan mengambil aksi dalam hal ini. Dalam belanja belilah tas belanja yang bisa berulang digunakan. Gunakan lah kertas khusus makanan disaat membeli makanan dalam jumlah kecil. Dengan itu, kalian sudah bisa membantu Jakarta berkembang tanpa kepadatan sampah.

          Menurut saya dalam hal ini gaya hidup manusia juga termasuk kedalam penyebab mengapa kepadatan di Indonesia bertambah setiap tahunya. Dalam era yang serba praktis dan serba modern ini manusia banyak yang manja dan maunya mementingkan diri sendiri. Apa yang dimaksud manja? begini, saya pernah mengamati suatu rumah yang dimana ditempati 5 anggota keluarga dan kelimanya memiliki mobil pribadi masing-masing satu. Maksudnya begini, untuk apasih punya 5? ini memang mungkin bukan urusan saya tapi kalo dilihat lagi dari segi kepadatan lalu lintas, apa ini tidak termasuk penyebab kepadatan lalu lintas? Jika saja ia tinggal dilingkungan yang kepadatan lalu lintasnya rendah sih tidak masalah, tapi ini dia tinggal di Jakarta. Jakarta setiap harinya saja kalo sudah lewat dari jam 4, macet total dimana-mana apaiya individu didalamnya gak mau berfikir dan buat perubahan?. Gunakanlah kendaraan umum, setidaknya tidak akan memperbesar volume kepadatan lalu lintas di Jakarta. Ini juga tugas pemerintah, menyediakan transportasi umum yang dapat dimanfaatkan banyak orang. Contohnya, untuk anak sekolahan buatlah bis-bis sekolah disetiap daerah dengan memiliki rute-rute yang sudah diatur dan benahilah fasilitas transportasi umum dengan menambah tingkat keamanan dan kenyamananya. Gausah mikir lah banyak mengeluarkan biaya toh ini negara demokrasi, dari rakyat untuk rakyat daripada uang disimpen-simpen malah dikorupsi lebih baik untuk membenahi Jakartabukan? ? :).

          Lalu dengan mementingkan diri sendiri, ini saya lebih menyindir pembisnis yang ada di Jakarta ya bukan maksud menyinggung tetapi jika saya melihat di Jakarta sedang banyak dibangun apartement disana-sini. Saya pernah menanyakan kepada pihak kementrian PU yang kebetulan pernah datang ke sekolah saya tentang pembangunan yang tidak terkontrol itu apa telah mendapat izin langsung dari pemerintah untuk membangun bangunan setelah melihat kurangnya resapan air yang ada di Jakarta setelah terjadi fenomena banjir beberapa bulan lalu. Mereka bilang tentu saja sudah tetapi dengan beberaapa syarat yang telah disetujui oleh pihak pembangunan. Terus saya bertanya lagi, apa iya mereka sudah benar menjalankan syarat-syarat yang diberikan pihak terkait untuk membangun sebuah bangunan? Ya kembali lagi, kenakalan para pembisnis yang inginya menang sendiri. Tanpa memperdulikan lingkungan ia lupa, tanah yang dimilikinya itu juga butuh vitamin. Cobalah menjadi seorang pembisnis yang juga memperkaya keindahan dan kesehatan lingkunganya. Tanam lah pohon di area bangunan, tanaman beneran jangan plastik. Rawatlah tanaman itu apalagi bangunan yang menggunakan banyak kaca… PERLU BANGET dikelilingi tumbuhan hijau biar mengurangi efek rumah kaca dan agar lingkungan didaerah sekitar ikutan asri, udaranya sejuk dari tanaman itu sendiri.

        Saya sih hanya memberikan pendapat dan sedang mencoba membuat perubahan sedini mungkin. Tidak bermaksud ingin menunjukkan gaya sok peduli tapi hanya ingin menjalankan semangat untuk membenahi Jakarta. Udah gak mau lagi hidup di Jakarta yang gini-gini aja. Emangnya untuk membenahi Jakarta cuma tugas pemerintah aja? Kalo kita bisa kenapa kita gak ikut serta? Membantu kinerja mereka juga bukan toh ini juga buat kita buat kenyamanan lingkungan hidup kita.

       Sadarkanlah dirimu dan mulai benahi Jakarta sebagaimana semestinya. Buat mata orang asing mengubah pola pikir mereka tentang Jakarta ibu kota yang ricuh polutan atau Jakarta yang riwet. Buatlah usaha kalian sendiri mulai dari yang terkecil lalu menjadi kebiasaan dan kalian bisa melakukan yang lebih dari itu.

AYO BUAT JAKARTA INDAH, IKUT SERTAKAN AKSIMU DALAM PEMBENAHAN JAKARTA BARU, JAKARTANYA ANAK MUDA!
                                                                                                                      
Nadia Gissma

Jakarta's Culinary

Berikut suasana malam sekitar pukul 8pm ditengah Ibu Kota Jakarta.
Di waktu itu, aku sedang menghabiskan waktu malam disuatu pusat kota sekitar kawasan Blok M. Aku beserta temanku sedang mencari kesenjangan melepas penat dari aktivitas-aktivitas yang telah kami lalui selama lima hari sebelumnya. Melepas penat itu perlu, untuk dapat memulihkan kembali energi untuk melanjutkan aktivitas diminggu berikutnya.

Kebetulan kami berada dikawasan yang serba memiliki berbagai macam kuliner yang mudah dijangkau dari tempat kami berada. Kami melihat sederetan penjual gulai yang memang sudah tenar namanya, gultik yang tepat berada di sekitar tikungan bulungan arah mahakam.

Kuliner satu ini memang sangat mudah dijangkau dan juga tak kalah terjangkau harganya. Cukup dengan
Rp.10.000 - Rp.15.000 untuk satu porsinya dan sudah termasuk dengan minum. Soal rasa, gulai ini memiliki cita rasa yang tidak kalah beda dengan gulai yang dijual didalam mall atau disebuah restoran besar yang memang menghadirkan menu gulai. Rasanya enak, karna itu deretan gultik ini selalu ramai dikunjungi oleh siapa saja dan dari kalangan apa saja. Ada sekitar 6-8 angkringan yang menjual gulai, jadi tidak perlu takut untuk kehabisan.
Kalian pasti berfikir tempatnya yang terbuka dan terletak dipusat kota sama dengan kalian makan gulai dicampur dengan menghirup asap karbon dioksida dan ditemani dengan kebisingan lalu lintas bukan? sayang sekali jika kalian berfikir seperti itu, mungkin kalian harus merasakan langsung.

Letaknya memang ada ditengah-tengah kota yang sudah jelas pemandangan langsungnya adalah kepadatan lalu lintas yang terjadi. Tetapi karna letaknya yang berada dibawah dan dikellilingi pohon-pohon besar membuat suasana dingin alami tersendiri. Masalah kebisingan memang sudah pasti tidak bisa dihindarkan dari suasan bisingnya lalu lintas disekitar jalan itu,tetapi biasanya ada beberapa pengamen yang tidak lain seperti seorang sinden jawa yang juga membawa alat petik khasnya menyanyikan tembang-tembang jawa seakan menyempurnakan suasana dengan mengundang sedikit ketenangan.

Kita harus bangga, Indonesia memiliki kuliner satu ini. Digemari banyak orang hingga turis-turis yang tidak sengaja lewat pun ikut mencicipi enaknya gulai daging dengan bumbu rempah-rempah khas tanah air.

Kamis, 16 Agustus 2012

Streets of Montmartre

Montmartre

Another beautiful village in France, Montmartre is also called as artists village at Place du Tertre but the artists can't afford to live there anymore,too many tourists etc. You surely know about Basilique du Sacré Cœur (the big white church)? that church sits on the crest of the hill. At the bottom of the hill is the Boulevard de Clichy which is lined with bars, kebab shops, and more sex shops and peep-shows than you can possibly pretend you are not looking at. Rue de Steinkerque The street has recently been infected by T-shirt shops and trinket peddlers, but the two Sympa stores with big red signs are an excellent place to find cheap clothing, sometimes brand names that are either irregular or just fell off the back of some truck. Back on the Rue de Steinkerque, walk until the street ends at Place St. Pierre. Facing you are the grassy and terraced gardens leading you to the basilica. The gardens were once gypsum quarries, hence the odd design. With the brightly lit merry go round churning out its nostalgic tunes and the imposing church white against the sky, it's time to take the obligatory photos no one will look at. If you are hungry, grab a crepe or sandwich from the stand on your left, or the pleasant café with the best view of the gardens and basilica on your right. Those are some information about Montmartre, to know more  www.aparisguide.com
Below are the pictures of Montmartre 







Chanel