Assalamualaikum, kali ini mungkin Gissma akan menceritakan tentang Alm. Dimas adik Gissma yang baru saja berpulang 10 hari yang lalu. Cerita ini tidak bermaksud untuk mengumbar-umbar kesedihan untuk dilihat tapi hanya untuk sekedar mencurahkan rasa kangen. Dimulai saja ya? baiklah.
Sewaktu itu aku masih duduk dibangku sd kelas dua. Aku pulang sekolah dengan kaki ku yang sedahulu masih mungil membawa ku melangkah menuju rumah. Sesampainya ku dirumah aku melihat mamaku yang bersandar di tempat tidur, wajahnya pucat dan tubuhnya lemas. Saat itu mamaku bilang kalo ia pusing dan sepertinya masuk angin. Selang beberapa hari dari hari itu, aku baru saja pulang sekolah dan mama mengajak ku mengobrol, ya aku ikuti saja kemana langkahnya membawaku. Wajahnya saat itu tampak akan ada berita baik dan memang benar, mama ku memberi tahuku bahwa ia hamil. Sedari dulu aku memang sudah meminta mama ku seorang adik laki-laki karna aku sangat ingin mengajarinya banyak hal dengan janji-janji aku akan merawatnya hingga dia besar nanti, menyekolahkanya lah, membelikan ia mainan, mengantar ia kesekolah dan masih banyak hal yang aku pikirkan saat itu.
Dengan gembira aku menunggu & menanti kelahiran adiku ketika aku telah mengetahui dari hasil USG calon adik ku nanti adalah seorang laki-laki. Bolak-balik aku menuju kamar mamaku dengan cerewet dan sok tau selalu saja bilang "ma! adek lahirnya besok ya? atau lusa?" atau sambil meraba perut mamaku merasakan tendangan adiku yang aku anggap dahulu ia ingin keluar dan sedang mencoba menghacurkan perut mamaku agar bisa keluar, hehe.
Tepat 9 bulan dua minggu (kalau tidak salah) mamaku sedari pagi mengaku perutnya mulas, aku bukanya bantuin mamaku & menenangkan dia malah ketawa-ketiwi bahagia riang semuanya deh karna aku kira saat itu adik ku akan lahir. Akhirnya mamaku dibawa kerumah sakit, dan ternyata sesampainya dirumah sakit mamaku belum bisa langsung melahirkan karna masih pembukaan 2. Entah mengapa sangat lama sekali menunggunya, mondar-mandir melihat ada banyak sekali orang tua yang menggendong bayinya entah laki-laki atau perempuan tapi aku sudah membayangkan akan menggendong bayi seperti mereka.
Semalaman mamaku belum juga melahirkan dan saat pagi lagi ternyata mamaku sudah mulai merasakan bayi yang ada didalam perutnya akan keluar lalu tim dokter membawa mamaku ke ruang bersalin. Aku yang terus berdoa hingga dokter keluar dan bilang kepada papaku "tolong ibunya dibelikan pocari ya, bayinya sebentar lagi akan keluar" akhirnya aku,deya (adiku nomor dua) dan papaku bergegas menuju kantin yang ada dirumah sakit itu dan membelikan mamaku pocari. Eh ada aja keluhku minta bubur akhirnya kita makan bubur duludeh hehe, sampai lupa dengan mamaku akhirnya aku tidak menghabiskan buburku dan bergegas lagi ke kamar bersalin mamaku.
Dari sela pintu aku intip, aku sangat ingin melihat keadaan mamaku dan ternyata ada suster yang membukakan pintu itu untuk ku "Adik mau lihat mamanya ya? Bayinya udah lahir, adeknya laki-laki" saat itu juga aku menerobos pintu ruangan dan tak sabar melihat adik ku. Adik ku sangat lucu, kecil mungil bersih dan menangis tapi tidak terlalu keras. Rasanya itu aku hanya ingin mencubit pipinya tetapi begitulah orang dewasa ini itu tidak boleh. Papaku men-adzani adek ku, adik ku tampak hikmat tenang diam & tidak menangis.
Di kamar ibu ku dirawat lagi-lagi aku bawel, "nama adik kita siapa ya ma?" selalu bertanya-tanya begitu. Aku saja sampai gak mau pulang dan tidur di rumah sakit lalu berkali-kali ke kamar bayi, mengetuk-ketuk bertanya kepada susternya "suster adik saya kapan dibawa ke kamar?" dan gak tau kenapa rumah sakit ini begitu higienis setiap aku tanya begitu tidak pagi,siang ataupun sore dan malam susternya selalu menjawab "sebentar ya adiknya lagi mandi" dan aku seperti ".... oke" dan kembali ke kamar dengan wajah kusut. Tapi sekalinya adikku ada di kamar, aku selalu menyodorkan jariku untuk digenggamnya dan yaa.. namanya dulu juga anak kecil aku selalu bilang "nama aku Gissma, kamu panggil aku pake kakak ya, nanti kita main bola dan latihan militer kaya panjat pager" hahaha.
Sesampainya dirumah, adik ku ditidurkan dikasurnya yang baru yang akan menjadi kasurnya hingga ia dewasa dan ternyata didekat kasur itu sudah ditempelkan sebuah nama "Rahmatullah Dimas Pringgondani" yap! itu nama adik ku yang dipanggil Dimas. Semenjak hari kelahiran itu aku selalu saja inginya pulang kerumah, tidur disamping adik ku yang suka aku juluki "Jagoan mbak Gissma". Aku ajari ia bagaimana bisa merasakan ini itu, membuatkanya susu, mengajaknya berjalan, mengajaknya berbicara dan lainya. Aku ikut mengantarkanya kerumah sakit, hingga terapi saat lehernya sakit.
Hingga aku semakin besar dan begitu juga adik ku. Ia meminta ku mengajarinya main ps hingga ia bisa menjadi lebih jago daripadaku. Ia meminta ku mengajarinya menggabar, ia selalu meminta ku menemaninya membli crayon dan saat itu juga setiba dirumah ia gunakan crayonya hingga hilang satu persatu haha. Saat ia mulai mengenal permainan "Animal Kaiser" aku selalu saja menemaninya main sampai-sampai aku sendiri juga bosan tapi dia tiada hentinya meminta uang papaku untuk membeli serial kartunya. Aku pernah berdua saja dengan dia ke suatu mall dan entah apa yang kita lakukan, layaknya orang pacaran saja. Makan berdua, ke toko buku, jalan-jalan mondar-mandir entah apayang ingin dibeli. Hingga dia masuk sekolah, ia belajar menulis,membaca,menghitung juga biasanya aku lakukan. Ia selalu bilang begini "Aku mau belajar sama kaka gissma, gamau sama mama, mama galak" sebenarnya sih aku mengajari dia dengan tidak membuat dia jenuh. Seperti dengan membuat belajar itu seperti games, dari dulu aku meminta adik lelaki kan memang sudah janji ku untuk menjaganya & mengajarinya. Pokoknya hari-hari ku itu selalu ada hubunganya dengan Dimas! sampe curhat aja bisa lg hehehe. Langsung ke cerita saat-saat dia berpulang yah..
Sebulan sebelum dia berpulang, Dimas seperti biasa minta ditemenin tidur sama aku. Kita tidur-tidur sambil ngobrolin tokoh-tokoh ultraman & powerangers kesukaanya Dimas. Tiba-tiba Dimas ngomong gini "Kakak gissma, Dimas mau pulang" aku bingung aku jawablah "Pulang kemana Dimas? Ini kan rumah Dimas." terus dia membalas kata-kataku sambil menunjuk kearah pojok rumah, "Enggak kakak gissma kerumah Dimas rumahnya kaya, tuh liat! Dimas mau pulang" Saat itu aku tidak menangkap apa maksudnya bicara seperti itu, aku kira ia melihat makhluk lain makanya aku berlari menuju kedua orang tua ku "Ma! Dimas bisa liat ya.." tiba-tiba Dimas datang dan bilang lagi "Ma Dimas mau pulang" Waktu terus berlalu dan sesekali Dimas masih keluhkan hal itu "ingin pulang..."
Tiba saatnya pembagian raport, ia naik kelas dua. Biasanya sehabis pembagian raport dia selalu meminta untuk dibelikan sebuah hadiah atau pun diajak pergi ke mall untuk bermain games. Kali ini berbeda, ia tidak menuntut apa-apa. Ya, kami kira ia hanya ingin berdiam saja dirumah.
Hari selasa aku akan berangkat untuk study tour, dari hari sabtu ia sudah melarang ku untuk pergi dan kebetulan ia sedang sakit tetapi saat hari senin itu dia sudah sembuh, sudah jalan-jalan dan entah kenapa dia maunya nempel terus sama aku. Malamnya aku packing, dia sudah kesal banget ngelarang aku untuk pergi. Dan saat selasa pagi, ia bangun. Ia melihatku dengan wajah yang tidak akan bertemu lagi, ia bilang "kakak gissma jangan pergi" lalu mamaku memberi ia pengertian "Kakak gissma udh bayar dan ini dari sekolah dimas". Lalu aku mengelus kepalanya, tetapi ia sudah membelakangiku ia pun tidak ingin memberi salam atau apapun, dan saat itu adalah saat terakhir aku mengelus kepalanya dan bisa melihatnya.
Rabu siang, dimas masih menelfon ku dan berkata "Kakak Gissma, pulangnya hari ini aja ya. Dimas udah mau sembuh, Dimas minta beliin baju sama celana ya. Uangnya juga jangan dihabisin, Dimas mau ulang tahun" Itu adalah suara terakhir, benar-benar terakhir yang bisa kudengar untuk benar-benar yang terakhir kalinya. Aku sudah membelikanya baju dan celana, tapi terakhir kabar yang kudapat dari adik ku yang ke dua deya, dimas dibawa kerumah sakit pada jam 6. Sesampainya dihotel, aku terus menelfoni mamaku tapi ia tidak menjawab lalu aku ke ruang guru karna dipanggil dan aku diberitakan bahwa aku harus pulang saat itu juga. Aku bingung, aku telfon mama ku dan benar, Adik ku telah tiada. Keesokanya aku jam 4 menuju bandara dan tidak dapat tiket pesawat pagi. Aku dapat pesawat siang dan setibanya dijakarta, saat itu juga keluarga serta kerabat tiba sehabis dari pemakaman adik ku. Papa ku jatuh pingsan dan ibuku terdiam kaku. Aku hanya bisa memeluk dan meratapi kesalahanku yang tidak mau mendengar katanya saat ia bilang "jangan pergi".
Dimas sangatlah baik, dia sayang kepadaku, dia tidak ingin melihat aku menangis saat melihat jasadnya yang sudah tidak bisa lagi aku ajak bermain. Semoga ia tenang dan selalu menjaga keluarga ku ya, cita-citanya sebagai polisi sudah tercapai, mengamankan dan menjaga dunia ini dari alam yang lebih indah. Kini aku mengerti apa maksudnya untuk pulang dan memiliki rumah kaya, yaitu pulang ke syurga.
Selamat Jalan Adik ku Dimas!!!